Berkunjung ke Tawang Tanjungan, Ngajeg, Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Jogyakarta, orang akan disuguhi pemandangan tanaman kangkung di lahan persawahan. Memang kangkung dari Tawang cukup dikenal berkualitas untuk sayur, banyak ditemui di pasar pagi Prambanan. Menjelang Subuh, kangkung dari Tawang sudah banyak dijajakan di pasar Prambanan. Sebagian besar orang Tawang membudidayakan kangkung. Kangkung sebagai tanaman air, lahannya harus selalu basah air. Bahkan jadi lebih baik kalau lahan bisa digenangi air.
Beruntung di dekat lahan kangkung Tawang ada mata air atau belik yang tidak pernah kering. Menurut Sute, warga setempat yang lahannya tidak jauh dari belik, keberadaan mata air tanpa nama itu cukup membantu dalam usaha budidaya kangkung.
Belik itu sendiri tidak dalam dan cukup ‘strategis’ untuk mandi karena terlindung pepohonan. Di samping memang berada di lahan persawahan sehingga jarang dilalui orang. Sehingga jika terpaksa, mandi telanjang pun tak soal. Sute tidak bisa memastikan benar apa tidak cerita orang-orang soal kewingitan belik itu. Di dekat belik juga tumbuh pohon gayam cukup rimbun, seperti umumnya pohon yang dianggap wingit. Tapi Mas Sute mengatakan tidak wingit. “Tidak pernah ada orang memberi sesaji di belik maupun di bawah pohon gayam itu,” kata Sute.
Hanya kata orang, belik dan pohon gayam ada penghuninya. Tapi menurut istri Sute, penghuninya sudah dipindah jauh oleh salah seorang paranormal. “Menurut cerita orang, di belik itu terdapat emas sebesar beruk (tempurung kelapa). Tapi emas gaib yang tidak mudah diambil. Orang yang ingin mendapatkannya harus tirakat, tapi itu kata orang,” cerita Ny Sute. “Sekali lagi menurut cerita orang, di bawah pohon gayam banyak pusakanya. Banyak orang mencoba untuk mendapatkannya dengan cara tirakat di situ. Tapi menurut cerita, banyak yang tidak kuat,” kata Sute. Cerita Ny Sute, pernah ketika ia sedang memetik kangkung, mendengar suara orang sedang mencuci pakaian. Ketika ia perhatikan, tidak ada seorang pun di situ. Dan ketika didekati, tempat yang biasa untuk mencuci pakaian, kering. Tidak ada tanda-tanda bekas orang mencuci pakaian. Ny Sute mengaku, hal itu cuma perasaan atau karena di belik ada ‘penghuninya’, dia tidak.
“Cerita tentang belik dan pohon gayam itu hanya cerita orang. Saya sendiri tidak tahu cerita itu betul apa tidak. Dan saya tidak merasakan apa-apa jika sedang berada di situ,” kata Sute.
Tentang hal-hal dari ‘dunia sana’ memang sulit untuk dikatakan benar dan tidaknya. Hanya karena naluri sering menulis alam supranatural, maka tertarik dan mengambil gambarnya. Kemudian mencoba mendapatkan keterangan dari penduduk di dekat lokasi.
Melihat keadaan alamnya memang seperti tempat-tempat lain yang sering digunakan untuk ‘tirakat’. Tempat orang berhubungan dengan hal-hal gaib. Belik, atau sendang, pohon besar dan gerumbul.
Sumber : pos metro balikpapan
|