Dunia menghadapi ancaman kepunahan massal
yang bahkan lebih hebat daripada kemusnahan spesies Dinosaurus dari muka
Bumi. Itu adalah penelitian terbaru para ilmuwan
Australia.
Palaebiologis dari Macquarie University,
Dr John Alroy mengatakan hal itu berdasarkan fosil untuk melacak nasib
kelompok utama binatang laut sepanjang sejarah
Bumi.
Dia lalu mengkompilasikan data dari sekitar
100.000 fosil, melacak nasib hewan laut, selama masa kepunahan ekstrim
yang terjadi sekitar 250 juta tahun yang
lalu.
Penemuan tersebut dipublikasikan minggu ini di
jurnal internasional ilmu pengetahuan, Science. Temuan itu menunjukkan
peristiwa kepunahan dahsyat sedang berlangsung saat ini, dan berpotensi
menjadi yang terparah sepanjang sejarah.
"Organisme
yang mungkin bisa bertahan di masa lalu, mungkin tidak akan mampu saat
ini," kata Dr Alroy, seperti dimuat laman News.com.au, Sabtu 3 September
2010.
"Ini mungkin berakhir dengan perubahan dasar
laut secara dramatis karena perubahan dominasi kelompok. Kepunahan yang
berlangsung saat ini akan membalik keseimbangan kelompok hewan
laut."
Penelitian ini juga menunjukkan perilaku
manusia dan perubahan iklim akan berdampak malapetaka pada semua spesies
di Bumi.
"Kapan terjadinya kemusnahan massal, masih
jadi pertaruhan, namun apapun bisa terjadi," tambah
Alroy.
"Jadi, apa yang sedang kita semua lakukan
sebagai spesies manusia adalah menjalankan eksperimen raksasa terhadap
alam ini."
Sejarah mencatat, ada tiga peristiwa
kepunahan massal dan hampir semua ahli biologi setuju dunia saat ini
mengalami hal serupa.
Kepunahan massal terakhir
diperkirakan terjadi 65 juta tahun lalu saat asteroid menghantam Meksiko
dan membuat Dinosaurus musnah -- memberi ruang bagi mamalia untuk
berkembang.
Alroy mengatakan, kepunahan massal baru
tidak akan terjadi dengan skrenario yang sama, faktor luar -- hantaman
komet ke Bumi.
Yang sekarang sedang terjadi,
kehancuran pada dasarnya berasal dari dalam. Kepunahan massal berikutnya
bersal dari sejumlah faktor, dari spesies asing, akibat penggunaan
pupuk kimia dan pestisida, polusi, dan
deforestasi.
Perubahan iklim dan pertumbuhan manusia
yang tak terkendali juga memainkan peranan.
Namun,
sedikit kabar baiknya, kepunahan massal saat ini tidak akan seburuk 250
juta tahun lalu, yang dikenal dengan kepunahan Permian-Triassic atau
'The Great Dying'.
"Aman untuk mengatakan kehilangan
yang akan kita alami belum sedahsyat masa itu. Tapi sangat mungkin untuk
mengatakan kita bisa merasakan kehilangan yang
sama."
"Saat ini kita sedang bermain-main dengan
proses evolusi dalam skala epik."
Namun, ahli
paleontologi Charles Marshall dari University of California, Berkeley
berpendapat, bahwa metode statistik Alroy masih perlu review oleh
masyarakat paleobiologi.
"Tidak akan ada konsensus
secara langsung pada rincian pola keragaman," tulisnya. Tapi
"potongan-potongan itu telah jatuh ke tempatnya," kata dia, seperti
dimuat media New Kerala.