BERKUNJUNG ke tempat bersejarah bisa sekaligus mencari berkah. Di situs Kerajaan Majapahit di Trowulan, misalnya, terdapat makam Ratu Ayu Kencana Wungu dan Panji Asmara Bangun yang bisa diziarahi. Kabarnya, Gus Dur pernah datang ke makam tersebut. Juga ke makam Putri Campa. Menurut sejarah, Ratu Ayu Kencana Wungu diyakini sebagai pelopor emansipasi wanita pada jamannya.
Ketika Raden Wijaya turun tahta, raja pertama Majapahit ini diganti putra mahkota Jayanegara. Tapi pemerintahannya diwarnai banyak pemberontakan yang dilakukan orang dalam yang tak puas dengan kebijakannya. Jayanegara lalu membentuk pasukan khusus pengawal diri dan keluarganya.
Jayanegara punya adik wanita yang amat cantik bernama Tribhuwana Wijayatungga Dewi. Meski sifatnya dinilai ‘ugal-ugalan’, tapi karena menyayangi sang adik, Jayanegara selalu memaafkannya. Pemikiran Tribhuwana sebenarnya amat ke depan. Berkali-kali dia melanggar batasan adat yang mempersempit hak kaum wanita yang selalu berada di bawah kaum pria. Karena itu, Tribhuwana sebenarnya merupakan tokoh emansipasi wanita jauh sebelum RA Kartini.
Jayanegara tewas diracun pada 1282. Dari Pararaton, Negarakertagama dan manuskrip lain disebutkan, menteri muda bernama Gajah Mada terlibat dalam rencana pembunuhan Jayanegara. Tetapi tudingan ini dinilai tak berdasar.
Mendengar kematian sang kakak, Tribhuwana yang tengah ngangsu kawruh ke Cina, langsung bersiap-siap kembali ke Majapahit. Tapi niat itu dihentikan Dasaratha, komandan duabelas prajurit pengawalnya. Dasratha khawatir, nasib yang menimpa Jayanegara, akan terulang pada Tribhuwana. Selama tiga tahun di Cina, tampuk pemerintahan dipegang kakak perempuannya bernama Rajapatni.
Selama tiga tahun, duabelas prajurit pimpinan Dasaratha terus mengawal Tribhuwana dengan setia, sekaligus belajar kungfu kerajaan Cina. Maka terciptalah ‘ilmu 12 langkah angin’, perpaduan dasar kemampuan 12 prajurit dengan ilmu beladiri kerajaan Cina. Ilmu ini biasa disebut dengan chi. Perpaduan harmonis antara unsur keras dan lembut, hitam dan putih, yin dan yang.
Setelah Dasaratha yakin situasi Majapahit terkendali, akhirnya mereka kembali ke Majapahit. Tribhuwana menggantikan Rajapatni, yang kemudian mengasingkan diri menjadi pandita Budha sampai akhir hayatnya.
Tugas pasukan khusus pimpinan Dasaratha tak hanya melindungi keluarga kerajaan saja, tapi juga menghentikan ancaman serius dari luar dengan menyusup ke wilayah kekuasaan musuh. Dasaratha hanya patuh dan bertanggung jawab langsung pada Ratu Tribhuwana. Berkali-kali patih Gajah Mada mencoba memberikan perintah pada Dasaratha, tapi hanya dibalas dengan senyuman.
Akhirnya Gajah Mada menyerah untuk mengontrol Dasaratha dan pasukan khusus yang saat itu jadi legenda di lingkungan petinggi kerajaan. Hayam Wuruk sebagai putra mahkota, kemudian mengganti Tribhuwana. 12 pengawal khusus itu setia mengawal pemimpin kerajaan Majapahit secara turun temurun. Ilmu 12 langkah angin, mereka wariskan pada generasi penerus pasukan khusus. Sayang jasa para prajurit ini tak pernah tercatat dalam tinta sejarah. Karena mereka selalu berada di belakang layar.
Sumber : pos metro balikpapan
|