Mau awet muda? Minumlah air sumur Mbah Demang di Guyangan, Gamping, Sleman. Syukur dapat mandi di malam hari menggunakan air sumur yang terletak belasan meter sebelah utara Jl Godean km 4-5 itu. Minum dan mandi air sumur tiban tersebut dapat dilakukan hanya sekali atau bahkan tiap hari asal masih Bulan Sura. Di luar bulan yang konon penuh kewaspadaan itu, air sumur tersebut tidak lebih dari air sumur lainnya.
Itulah kepercayaan sementara masyarakat, tidak hanya di sekitar sumur Mbah Demang melainkan juga warga yang datang jauh dari luar daerah. Seperti pengakuan Ny Suparmi (60) penduduk Purworejo mengatakan, ia bersama beberapa teman lainnya jauh-jauh datang dari desanya hanya karena ingin mendapatkan air sumur Mbah Demang. Untuk mendapatkan air tersebut, tidak sembarang menggunakan tempat air. Tapi ada ketentuannya, harus menggunakan kendi, atawa teko tanah liat.
Guna mendapatkan tempat air khusus yang terbuat dari tanah (kendi) tersebut, para pengunjung tidak perlu khawatir mengalami kesulitan. Karena di kanan-kiri sepanjang Jalan Godean dalam radius ratusan meter, sudah banyak para penjual kendi yang menjajakan dagangannya sejak beberapa pekan sebelum 1 Sura.
Air kendi itu untuk apa? Ya, diminum tidak hanya segar. Tapi membuat awet muda, lho. Sejak sore hingga menjelang pagi, sumur berdiameter 1 meter dan berkedalaman sekitar 5-6 meter itu tidak pernah sepi pengunjung. Mereka datang silih berganti selama beberapa hari dan sebagai puncaknya adalah tanggal 8 Sura. Menurut Kasi Pemasaran Wisata Subdin Pariwisata Kabupaten Sleman, Aji Wulantara, acara ‘Mbah Demangan’ di Dusun Guyangan ini telah masuk agenda wisata yang dikemas sedemikian rupa, sehingga dapat dijadikan alternatif hiburan bagi warga sekitar.
Lepas adanya kepercayaan yang bagi sementara orang tidak masuk akal, tapi kenyataannya setiap Sura, sumur yang tak pernah kering tersebut selalu menjadi perhatian ribuan orang, tentu saja bersama mitos-mitos yang menyertainya. Menurut cerita dari keluarga Mbah Demang, asal mula kejadian sumur tersebut dari sebilah pusaka tombak milik Mbah Demang Cokro yang hingga saat ini disemayamkan beberapa meter di sebelah barat sumur dalam sebuah cungkup.
Dari legenda yang bisa dihimpun, ketika Belanda menjajah Indonesia dan menduduki Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, daerah sekitar dusun Guyangan mengalami kekeringan. Berbagai upaya mendapatkan air telah ditempuh, termasuk menggali tanah untuk sumur juga telah dilakukan, tapi tidak berhasil mendapatkan air. Demang Cokro yang merupakan salah satu panutan warga sekitar lalu menjalani laku prihatin. Begitu semangatnya sampai-sampai rela tidak mandi sebelum muncul sumber air di wilayahnya.
Setelah beberapa bulan melakukan meditasi, Demang Cokro mendapatkan pusaka tombak sekaligus bisikan agar senjata tradisional itu dihentakkan atau ditancapkan ke tanah untuk mendeteksi, apakah di bawah tanah tersebut terdapat mata air. Ternyata benar, setelah dilakukan penggalian yang tidak terlalu dalam, mengalirlah sumber air hingga menjadi sumur yang dimanfaatkan warga sekitar. Sebagai rasa syukur, Mbah Demang kemudian mandi menggunakan air sumur tersebut. Tapi sejak itu ia tidak pernah mandi kecuali hanya tiap bulan Sura. Karenanya, momentum itu kemudian dilestarikan hingga sekarang dengan segala kepercayaan sebagian masyarakat berpendapat, minum air sumur Mbah Demang dapat membuat awet muda, terlebih kalau mau mandi di malam hari. (mol) Sumber : Harian Pos Metro Balikpapan
|