Virus ATCV-1 virus tanaman menginfeksi manusiaSekelompok ilmuwan dari Johns Hopkins University dan University of Nebraska secara mengejutkan menemukan suatu virus yang unik, virus yang bahkan bisa mengubah cara berpikir manusia.
Melansir laporan media asing, ilmuwan menemukan suatu virus tanaman di tubuh manusia, yang ditemukan hidup di mulut dan tenggorokan banyak orang. Para ilmuwan awalnya menganggap virus tersebut tidak dapat menginfeksi manusia, namun tampaknya telah memperlambat kemampuan pemikiran sebagian peserta, terutama kemampuan mereka dalam mengelola informasi visual.
Mikroba tersebut hidup di antara sekitar 40% dari mereka yang ikut menjalani tes, sebelumnya para peneliti menganggap mikroba tersebut hanya bisa menginfeksi ganggang. Namun, yang lebih menakjubkan adalah bahwa virus ini dapat mengubah pemikiran kita. Ditilik dari sudut pandang tertentu, sebenarnya hal itu tidak terlalu mengejutkan. Mikroba hidup di dalam tubuh setiap orang, dan beragam efeknya terhadap kesehatan, otak maupun perilaku kita.
Dr. Robert Yolken, rekan penulis dari Johns Hopkins University School of Medicine mengatakan, "Kami benar-benar baru mulai memahami dampak nyata dari mikroba tertentu yang kita bawa pada manusia."
Dalam penelitian awalnya, para peneliti melakukan berbagai tes terhadap 33 orang yang sehat. Peneliti juga melakukan pengambilan swab sampling tenggorokan dan menganalisis genetika peserta, untuk memahami susunan di dalamnya.
Mereka menemukan bahwa di antara ke 33 orang tersebut ada 14 orang gen sample-nya mengandung suatu virus yang belum pernah ditemukan sebelumnya di dalam tubuh manusia hidup. Virus ini disebut ATCV-1, tergolong suatu virus Chlorella. Sebelumnya, virus yang menyebar antar dua alam tanaman dan hewan seperti ini sangat jarang terjadi.
Temuan yang paling menarik dari penelitian terkait adalah tes kognitif dalam percobaan tersebut. Dari perbandingan data peserta tes ditemukan, mereka yang mengandung virus di dalam tenggorokannya melambat 10% terhadap pengelolaan informasi visual dibanding mereka yang tidak mengandung virus. Dan perbedaan ini tidak dapat dijawab dari aspek usia, jenis kelamin, ras, status sosial ekonomi, pendidikan atau faktor lainnya.
Untuk memastikan apakah virus itu merupakan penyebab mandeknya pengelolaan informasi visual, peneliti menyuntikkan virus yang sama ke dalam tubuh tikus. Enam minggu kemudian, waktu menelusuri labirin pada tikus yang telah diinjeksi dengan virus ATCV-1 itu telah diperpanjang sekitar 10%. Di dalam otak tikus yang diinjeksi dengan Virus ini, lebih dari 1000 gen-nya mengalami perubahan, dan gen-gen ini biasanya dianggap berkaitan dengan memori dan pembelajaran.
Para peneliti mampu mengamati perubahan-perubahan itu karena mereka telah menganalisis terhadap tikus sebelum dan sesudah terinfeksi. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa efek mungkin terjadi pada tubuh manusia, tetapi tikus bukan manusia, kita tidak tahu apakah manusia dapat menunjukkan perubahan yang sama, lagipula melakukan percobaan yang sama pada manusia itu tidaklah etis.