Jimat biasanya identik dengan jawara atau jagoan-jagoan tempo doeloe. Namun siapa yang menduga, bila di abad globalisasi ini tentara Kamboja justru masih bergantung kepada benda kramat itu?
"Tentara Thailand memiliki senjata modern, saya tidak takut. Karena saya memiliki syal, sabuk, dan dua arca kecil," kata Chum Khla, anggota pasukan infanteri Kamboja, membuka rahasia keberaniannya saat bertempur melawan tentara Thailand untuk memperebutkan kuil kuno Preah Vihear, beberapa waktu lalu.
Syal itu melindungi saya dari peluru musuh, kata Khla, dan saya selamat berkat jimat-jimat itu. Menurutnya, jimat keberuntungan itu pula yang "membantunya" ketika bertempur melawan pasukan Khmer Merah pada masa lalu.Selain benda-benda unik, tentara Kamboja semacam Chum Khla juga mempercayai kekuatan mantra yang dirajahkan ke tubuhnya. "Itu pun untuk melindungi diri kita," kata Khla.
Khla harus membangun keyakinan yang tinggi atas benda-enda magis dan rajahan mantra itu, karena militer Thailand unggul dalam persenjataan. Bila Thailand memboyong jet modern dan senjata modern, maka Kamboja hanya berbekalkan senjata-senjata kuno sisa masa perang dingin lalu.
Keyakinan Khla "ditanamkan" secara serius oleh komandan di lapangan. Merekalah yang berperan membagikan syal-syal berbau mistis itu. Hingga, keyakinan akan kekuatan magis merata di semua anggota pasukan.Sebaliknya dengan pemerintah Kamboja, yang justru tidak peduli dengan urusan magis. Buktinya, negara miskin itu berani menggandakan anggaran militernya menjadi US$ 500 juta untuk APBN tahun depan
sumber : liputan6.com
|