Sebuah fenomena aneh muncul
sebelum meletusnya Gunung Merapi pada 26 Oktober lalu. Awan di atas
Gunung Merapi membentuk gambar mirip kepala Petruk, salah satu tokoh
dalam dunia pewayangan.
Peristiwa aneh tersebut
berhasil diabadikan Suswanto (43), warga Desa Sudimoro, Pucang Anom,
Kecamatan Srumbung, Magelang, Jawa Tengah, dengan kamera miliknya. Awan
mirip sosok Petruk itu terlihat pada Selasa 26 Oktober sekira pukul
17.00 WIB.
Suswanto menceritakan, saat itu dirinya
secara kebetulan keluar rumah dan memandang ke arah Gunung Merapi. Saat
itulah dia melihat gumpalan awan mirip sosok Petruk. "Lalu saya ambil
kamera dan memfotonya. Awalnya hanya iseng, tapi kemudian hasil
gambarnya mengejutkan," ujarnya di
Magelang.
Disebutkan, awan di atas puncak Merapi itu
membentuk pola kepala Petruk dengan hidung panjang dan kuncir rambut
melengkung ke atas. Sosoknya menghadap ke arah Selatan, yaitu
Yogyakarta. Dari depan rumah Suswanto ke puncak Merapi sekira 13
kilometer.
Bagi
masyarakat di Lereng Merapi sosok Petruk memiliki mitos dan misteri
sendiri. Mereka menyakini Gunung Merapi dikuasai sosok gaib, yaitu Mbah
Petruk. Sejumlah warga yang melihat hasil jepretan Suswanto menyakini
bahwa gambar tersebut mirip sosok Petruk, sang penunggu
Merapi.
Mereka menduga, Petruk memperlihatkan diri
sebagai tanda bakal ada bencana besar di Gunung Merapi. Mbah Sihur, (54)
warga Desa Gaten, Desa Ketunggeng, Srumbung, menyatakan munculnya awan
berbentuk kepala Petruk menyakini sebagai peringatan bagi warga sekitar
Merapi agar menyingkir. "Dengan melihat arahnya yang ke selatan sudah
terbukti yang parah terkena letusan Merapi adalah Yogya,"
ujarnya.
Mbah Sihur menyakini Mbah Petruk bersemayam
di dalam kawah Merapi. Kepercayaan tentang Petruk tak lepas dari sejarah
peralihan Hindu Majapahit ke Islam Demak. Masyarakat sekitar Merapi
menyakini Petruk sebagai sosok sabdo palon lolo gendong yaitu penasihat
Raja Majapahit Barawijaya V.
Di akhir masa kejayaan
Majapahit dan masuknya Demak, Brawijaya V memilih berdiam di Gunung Lawu
yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal ini
dilakukan karena dia menolak masuk Islam.
Maka sabdo
palon pun memilih mengikuti jajak sang raja, hanya saja dia tidak ikut
ke Gunung Lawu tapi ke Gunung Merapi sebagai tampat tinggalnya. Sebagai
peringatan terhadap lawan-lawan politiknya yang tengah berkuasa saat
itu, dia mengangkat sumpah bahwa kelak akan menagih janji penguasa
negeri tentang amanahnya menyejahterakan
rakyat.
Masyarakat Lereng Merapi menyakini bahwa
letusan gunung teraktif di Indonesia sejak tanggal 26 Oktober lalu
merupakan peringatan bahwa penguasa negeri ini telah lalai menjalankan
amanah mensejahterakan rakyat. "Jadi dia marah dan menagih janji
penguasa," tandasnya.