Semasa hidupnya, Ledhek Dlongeh dikenal molek, merdu kalau nyindhen, gemulai kalau berjoged. Membuat pria penontonnya gemes. Ketimbang terjadi keributan yang tak diinginkan, Ledhek Dlongeh beserta pengiringnya hengkang dari Beluk Tumpukan Karangdowo Klaten Jawa Tengah. Karena sulit dicari lagi, banyak orang menduga mereka muksa di Gunung Beluk.
BUKAN hanya itu. Sejak kepergian Ledhek Dlongeh dari puncak Gunung Beluk sering terdengar gamelan dan wanita melantunkan tembang Jawa. Masyarakat sekitar Gunung Beluk meyakini suara itu berasal dari Ledhek Dlongeh bersama pengiringnya. Herannya, suara itu juga terdengar jauh di luar dusun.
Suara Ledhek Dlongeh yang merdu itu memang telah menaklukkan hati para pria. Bagi para wanita, suara Ledhek Dlongeh menimbulkan rasa iri namun juga rasa kagum. Tidak aneh juga jika kemudian banyak seniwati panggung, utamanya waranggana yang ingin dapat menirukan suara merdu Ledhek Dlongeh ini. Demikian juga para dalang pun menginginkan hal yang kurang lebih sama.
Banyak pula yang percaya bahwa Ledhek Dlongeh merupakan keturunan dari orang yang memiliki kemampuan spiritual lebih. Selain menjadi orang panggung, Ledhek Dlongeh juga dikenal sakti. Jika tidak demikian, tentunya tidak akan mungkin timbul petilasan dengan fenomena gaib semacam itu. Dimungkinkan juga bahwa Ledhek Dlongeh sendiri bersama rombongan pengiringnya juga bukan orang-orang sembarangan.
Di masa lalu, orang-orang yang mengembara apalagi berprofesi sebagai seniman panggung hampir selalu mendapat gangguan dari berbagai pihak untuk sekadar mencobai, bertanding ilmu, atau memang berniat mengambil primadona rombongan. Tak aneh jika orang-orang semacam itu berbekal kemahiran berolah seni dan berbagai ilmu untuk menjaga diri.
Tidak mengherankan jika petilasan Ledhek Dlongeh ini kemudian banyak diziarahi para dalang dan waranggana. Kebanyakan orang-orang yang berprofesi di panggung hiburan ini menginginkan sawab semacam berkah dari Ledhek Dlongeh. Dengan demikian diharapkan mereka menjadi ikut memiliki kemampuan setara dengan Ledhek Dlongeh. Baik dalam olah tarik suara, tari, maupun penampilan fisik yang mempesonakan. Dengan demikian pula mereka berharap laris tanggapan yang artinya koceknya semakin tebal dan terkenal.
Sumber setempat menjelaskan bahwa sudah begitu banyak dalang dan waranggana yang menziarahi tempat ini. Namun sumber setempat tidak bisa menjelaskan dari mana saja dalang dan waranggana itu. Hanya menurut dugaan, kebanyakan mereka berasal dari sekitar Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, dan Surakarta. Sejauh itu Legiyem selaku juru kunci setempat tidak bisa memaparkan siapa saja yang berhasil menjadi dalang atau waranggana terkenal setelah bertirakat di tempat itu. Hanya ia pernah menyaksikan satu dua dalang atau waranggana yang melakukan syukuran di tempat itu dengan membuat kenduri lengkap. Syukuran demikian menjadi penanda bahwa orang yang bersangkutan telah merasa sukses setelah melakukan peziarahan di tempat tersebut.
Ada satu hal yang tidak boleh dilanggar oleh para peziarah yang datang ke tempat ini, yakni tidak dianjurkan untuk berziarah dengan lawan jenis yang bukan pasangan resminya. Sumber setempat tidak dapat menjelaskan apa akibatnya jika larangan ini dilanggar. Akan tetapi secara sosial masyarakat setempat tidak akan menerima hal yang tentunya dianggap melanggar adat kesopanan dan kesusilaan.
sumber : pos metro balikpapan
|