
Sekitar 500 tahun lalu, seorang filsuf bernama Matteo Tafuri -- yang hidup antara tahun 1492 hingga 1582-- adalah orang yang disegani di kampung halamannya di Apulia, Italia. Suatu hari ia menyampaikan sebuah ramalan kiamat. Seperti dikutip dari News.com.au, pada Abad ke-16, ia konon menyampaikan nurbuat, bahwa akan ada hujan salju selama dua hari berturut-turut di kawasan pantai di Salento -- yang kini populer jadi destinasi wisata resor.
Benarkah demikian? Tak ada bukti ilmiah yang mendasari perkiraannya itu. Apa kaitannya hujan salju di 'secuil' pantai di Italia dengan skenario kiamat dunia? Namun, para penganut teori konspirasi mulai berkeringat dingin, mereka yang percaya takhayul ketar-ketir. Apapun, Tafuri punya argumentasinya sendiri. Salju sangatlah jarang terjadi di kawasan selatan Italia yang terkenal dengan temperatur hangatnya.
Tafuri -- yang disebut-sebut sebagai Nostradamus-nya Italia -- berkata dalam ramalannya: "Pohon palem Salento dan angin hangatnya dari selatan, Salento bersalju tapi tak pernah tersentuh." Kemudian, ia menambahkan, "Dua hari salju, dua kilatan di langit. Aku tahu dunia akan berakhir, tapi aku tak pernah merindukannya."
Dan, ramalan tentang turunnya salju di Salento terjadi pada musim dingin ini. Pada 10 Januari 2017, serpihan turun dengan derasnya di kawasan itu.
Apa Makna 'Dua Kilatan'?
Seperti dikutip dari Inquisitr, makna dari 'dua kilatan' yang dimaksud oleh Taffuri adalah erupsi supervolcano atau gunung api super. Bulan lalu, para ilmuan memperingatkan bahwa supervolcano Campi Flegrei akan 'bangun' dari tidurnya dan akan mencapai kondisi kritis. Mereka mengkhawatirkan, jika meletus, kerusakan yang diakibatkannya akan sebanding dengan tabrakan asteorid. Campi Flegrei atau lahan terbakar dalam bahasa Italia adalah gunung berapi paling mematikan. Ia berada di barat Naples, Italia. Gunung itu dikenal sebagai salah satu gunung berapi paling berbahaya dan tengah berada dalam fase tidur salama 500 tahun. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, gunung itu mengalami fase 'bangun dari tidur'. Hal itu terlihat dari semburan gas dari beberapa titiknya. Para penganut teori konspirasi menghubungkan aktivitas Campi Flegrei dengan ramalan Tafuri.
Campi Flegrai merupakan tipe gunung api berkawah besar, berdiameter 13 kilometer, yang hampir seluruh bagiannya terletak di dalam laut. Gunung api itu juga tidak memiliki puncak, melainkan sebuah rongga besar berisikan magma. Hal itulah yang menyebabkan Campi Flegrei yang dapat meletus sewaktu-waktu, menimbulkan ancaman sangat berbahaya. Tidak hanya bagi penduduk sekitar wilayah tersebut, tapi juga global. Sementara itu setelah melakukan sebuah penelitian, ilmuwan Prancis dan Italia yang berasal dari Nasional Institute of Geophysics and Volcanology di Bologna, menemukan tanda-tanda adanya peningkatan aktivitas magma di bawah permukaan Bumi yang dapat memicu lepasnya gas dan cairan berbahaya.
Menurut keterangan dari kepala penelitian, Giovanni Chiodini, hal itu juga dapat menimbulkan adanya uap panas di sekeliling bebatuan gunung api. "Batuan hidrotermal, jika dipanaskan, bisa kehilangan ketahanan mekanik mereka dan menyebabkan adanya percepatan timbulnya kondisi kritis yang membahayakan," kata Chiodini pada AFP dalam sebuah email. Untuk sementara waktu, Chiodini tak bisa memastikan apakah Campi Flegrei akan meletus atau tidak. Namun jika gunung api itu meledak, maka hal tersebut akan membuat penduduk lokal berada dalam bahaya besar.
Keanehan yang Lain...
Selain Campi Flegrei, ada sebuah kejadian lain yang dipercaya masih terhubung dengan ramalan Tafuri. Di Trubarevo, Macedonia, lukisan Bunda Maria di Gereja Holy Archangel Michael mengeluarkan air mata. Risto Setinov, presiden dewan gereja mengatakan, "ketika pendeta selesai memimpin ibadah Minggu pagi, salah satu jemaat melihat air keluar dari mata kiri lukisan itu. "Pendeta Boban kemudian mengambil lap dan menghapusnya, menciumnya, dan mengatakan seperti bau dupa. Setelah itu, beberapa tetes air membasahi wajah lukisan itu." "Pendeta dan umat tetap di gereja itu sepanjang hari dan tetesan air masih terjadi," kata Setinov.
Sumber : liputan6.com
|