Mahalnya biaya berobat untuk rakyat kecil membuat mereka mencari pengobatan alternatif yang murah bahkan gratis. Contohnya rel kereta api aktif di Stasiun Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat (Jakbar), menjadi tempat berkumpul para lansia. Aliran listrik di rel kereta tersebut diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
Sekitar 10 orang lansia dengan santai berbaring. Kedua tangan dan kakinya diletakkan di atas seketika tubuh mereka bergetar tersengat aliran listrik. Kegiatan seperti ini biasa dilakoni selama 1 jam.
Jarangnya kereta yang melintas membuat para lansia merasa nyaman. Kereta jurusan Kota-Tangerang datang setiap 1,5 jam sekali. Pengobatan seperti ini bisa dilakukan siapapun tanpa dipungut biaya.
Sri Mulyati (50) misalnya, mengaku menderita penyakit gula, asam urat, kolestro dan darah tinggi. Selama 13 tahun berobat ke dokter, alternatif penyakitnya tak kunjung sembuh.
Mendengar dari tetangga sejak 1 tahun lalu, Sri mulai mencoba terapi pengobatan di rel kereta api. Percaya atau tidak, ibu 7 anak ini merasa kesehatannya sudah mulai membaik. Biasanya Sri datang setiap hari.
"Sekarang sudah enakan," katanya kepada detikcom Selasa.
Hal serupa juga diutarakan oleh Warsi (40), warga Semanan, Kalideres ini. Sejak 1 lalu dia sakit asam urat. Setelah merasakan terapi dia merasa kakinya lebih enak saat jalan.
"Sudah tidak sakit lagi, badan enteng," imbuhnya.
Ketika hari semakin sore, para lansia terus berdatangan. Umumnya mereka datang membawa lap dan sebotol air. Nantinya lap itu akan disiram air agar menghasilkan tegangan listrik yang lebih besar.
"Kalau basah listriknya lebih besar," ungkapnya.
Yang Muda Pun Ikut Berobat
Bersama sang ibu, Ria (17), asik duduk sambil memegang sisi kanan dan kiri rel. Remeja yang baru saja lulus sekolah ini mengaku sering keram di bagian tangan dan kaki. Setelah mencoba terapi ini kondisinya mulai membaik.
"Kesemutan di kaki dan tangan agak enakan," ungkap Ria kepada detikcom, kemarin.
Ria yang baru menjalani terapi di rel selama 1 bulan itu mengaku ketagihan. Ketika ada waktu luang dia selalu menyempatkan diri untuk datang. Terlebih terapi ini bisa dilakukan kapan saja dan tidak dipungut biaya sepeser pun.
"Seminggu bisa 3-4 sekali," ungkap gadis berparas manis itu.
Karena tidak menderita penyakit yang cukup parah, Ria tidak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memanfaatkan aliran listrik di rel tersebut. Ketika dirasa tubuhnya sudah enak dia akan berhenti melakukan terapi.
"Paling 30 menit," imbuhnya.
Aktivitas seperti ini biasa dilakoni warga ketika terik matahari mulai berkurang. Semakin sore mereka yang datang terus bertambah. Umumnya mereka mengaku setelah menjalani terapi penyakit yang diderita membaik.
Percaya tidak percaya, silahkan anda mencobanya sendiri. Setiap hari di rel ini tidak pernah berhenti dikunjungi.
Penemu Terapi di Rel KA Rawa Buaya Masih Misterius
Sejak kapan rel kereta api di Stasiun Rawa Buaya, Jakarta Barat, digunakan untuk pengobatan masih belum jelas. Mereka yang memanfaatkan aliran listrik di rel untuk menyembuhkan penyakit ini, saat ditanya, memiliki jawaban berbeda-beda.
Mulyati (50) misalnya, mengatakan sudah hampir 2 tahun pengobatan yang cukup membahayakan nyawa ini dilakoni masyarakat. Dia menyebut seorang pria yang biasa disapa Pak Haji sebagai orang pertama yang menemukan cara pengobatan ini.
"Pak haji yang pertama. Saya lupa nama aslinya," kata Mulyati.
Warga Semanan, Kalideres ini sudah mulai terapi aliran listrik sejak 1 tahun lalu. Saat ini Mulyati mengaku penyakit yang dideritanya secara perlahan sudah mulai membaik. "Sakit gula, asam urat sudah enakan," katanya sambil tiduran di rel.
Berbeda dalam hitungan waktu, Yanti (35) mengungkapkan jika terapi di rel pertama kali dilakukan sekitar 1,5 tahun lalu. Namun dia tidak mengetahui siapa pelopor cara pengobatan seperti ini.
Hal berbeda diutarakan Karsem (45), dengan yakin dia menyebut terapi di rel baru dilakukan masyarakat setempat dan sekitarnya sejak 1 tahun lalu. Ketika ditanya siapa yang menemukan Karsem geleng kepala.
"Setahu saya 1 tahun lalu," katanya.
Kabar terapi di rel Rawa Buaya sepertinya sudah menyebar di masyarakat. Setiap hari ada saja yang datang. Terlebih mereka yang sudah lebih awal mencoba, mengakui khasiat dari aliran listrik ini.