Setiap 23 Maret terjadi fenomena alam unik berupa kulminasi matahari di kota Pontianak, Kalimantan Barat. Saat fenomena ini terjadi bayangan benda di kota Pontianak seakan 'menghilang'. Selain itu telur yang biasanya tak bisa berdiri bisa dibuat berdiri.
Keunikan fenomena alam ini sering dijadikan momen digelarnya serangkaian kegiatan budaya yang dipadukan dengan acara ilmu pengetahuan (Iptek). Salah satu kegiatan yang digelar adalah lomba mendirikan telur yang tepat dilakukan saat matahari dalam posisi tegak lurus di pusat titik equator yakni mulai pukul 11.00 WIB hingga pukul 12.30 WIB.
Beberapa peserta tampak antusias dan konsentrasi berusaha membuat telur-telur berdiri tegak sebanyak mungkin. Telur-telur ini dapat berdiri tegak tanpa bantuan apa pun. Menurut kabar, telur-telur ini berdiri tegak karena adanya grativitasi yang cukup kuat di garis khatulistiwa. Bahkan di saat bersamaan, bayangan seperti benda 'menghilang'.
Namun ternyata bukan kulminasi matahari yang menyebabkan telur itu bisa berdiri tegak. Lalu apa? Profesor Astronomi Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin mengatakan memang benar dalam kulminasi matahari dapat mengakibatkan hilangnya bayangan matahari. Namun menurut pria yang menjabat sebagai Kepala LAPAN ini, telur dapat berdiri bukan diakibatkan kulminasi matahari.
"Telur berdiri di kota Pontianak bukan karena gaya dari kulminasi matahari,"ujar Thomas Djamaluddin kepada detikcom.
Thomas menjelaskan telur berdiri bisa jadi karena tertahan oleh bentuk permukaan atasnya. Serta perbedaan kedua ujung telur tidak signifikan dapat membuat telur dapat berdiri.
"Ada juga tegaknya telur saat perayaan suatu komunitas saat kulminasi matahari pada tanggal 21 Maret dan 23 September, tapi itu hanyalah mitos, itu tanpa alasan ilmiah yang kuat. Mereka hanya mengkait-kaitkan saja," jelasnya.